Tulisan Ku
Award Susilo Bambang Yudhoyono dan protes dari Romo Magnis
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono baru-baru ini dipilih The Appeal of Conscience Foundation (ACF) sebagai penerima 2013 World Statesman Award (Penghargaan
Negarawan Dunia 2013). Presiden Yudhoyono dinilai telah berjasa
meningkatkan perdamaian dan toleransi beragama serta menyelesaikan
konflik antaretnik. Penghargaan ini akan diserahkan pendiri ACF, Rabbi Arthur Schneier, pada 30 Mei 2013 nanti di New York, Amerika Serikat dalam acara bertajuk “2013 Special Awards Dinner”.
Keputusan lembaga yang aktif mempromosikan perdamaian, toleransi, dan
kebebasan beragama ini mengejutkan dan ditentang tidak sedikit kalangan
di tanah air. Pasalnya, intoleransi dan ancaman terhadap kebebasan
beragama justru marak di tanah air dalam tahun-tahun belakangan ini.
Dan, pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dinilai tidak mengambil
langkah yang tegas dan memadai untuk mengatasi masalah yang terjadi.
Profesor Franz Magnis-Suseno, atau yang biasa disapa Romo Magnis, adalah salah satu orang yang menentang World Statesman Award 2013 untuk Presiden Yudhoyono itu. Ia melakukan aksi, yakni melayangkan surat ke ACF di New York. Surat Romo Magnis intinya menyatakan, pemberian award
tersebut kepada Presiden Yudhoyono adalah keputusan yang tidak tepat.
Presiden Yudhoyono dianggap tak layak mendapat penghormatan itu karena
ia justru menghindar dari tanggung jawab dan tak punya keberanian
mengatasi maraknya kekerasan bermotif agama belakangan ini.
Terjemahan surat Romo Magnis itu saya sertakan secara utuh dalam catatan ini. Berikut surat Romo Magnis.
"Ibu-ibu dan Bapak-bapak di The Appeal of Conscience Foundation (ACF),
Saya seorang Imam Katolik dan guru besar filsafat di Jakarta. Di
Indonesia kami diberitahu bahwa Anda akan memberikan World Statesman
Award tahun ini kepada Presiden kami, Susilo Bambang Yudhoyono, atas
jasanya memajukan toleransi beragama.
Ini hal yang memalukan, memalukan untuk Anda. Ini akan
mendiskreditkan klaim apapun yang akan Anda buat sebagai sebuah
institusi yang berintensi moral.
Bagaimana mungkin Anda mengambil keputusan ini tanpa bertanya
pada orang-orang terkait di Indonesia? Semoga saja Anda tidak mengambil
keputusan ini karena dorongan orang-orang di pemerintah kami atau dari
kalangan kepresidenan.
Tidak tahukah Anda tentang makin sulitnya umat Kristiani
memperoleh izin mendirikan rumah ibadah, makin meningkatnya jumlah
gereja yang ditutup secara paksa, makin bertambahnya peraturan yang
mempersulit pelaksanaan kegiatan ibadah oleh kelompok minoritas, dan
makin berkembangnya intoleransi di tingkat akar rumput?
Dan secara khusus, tidak pernahkah Anda mendengar tentang sikap
memalukan dan sangat berbahaya dari kelompok-kelompok keagamaan garis
keras terhadap apa yang mereka sebut sebagai ajaran sesat, dalam hal ini
anggota komunitas Ahmadiyah dan Syiah, dan pemerintahan Susilo Bambang
Yudhoyono tidak mengambil tindakan apa pun dan tidak bicara apa pun
untuk melindungi mereka? Di bawah pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono
ratusan orang dari kelompok tersebut telah diusir dari rumah mereka,
mereka masih hidup secara menyedihkan di tempat-tempat seperti lapangan
olahraga, juga sudah ada orang Ahmadiyah dan Syiah yang terbunuh
(sehingga pertanyaannya, apakah Indonesia akan mundur ke situasi seperti
di Pakistan dan Iran [yang didukung Presiden G.W. Bush] di mana setiap
bulannya ada ratusan orang Syiah dibunuh karena alasan agama?)
Tidak tahukah Anda bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selama
8,5 tahun masa pemerintahannya tidak pernah sekalipun mengatakan kepada
rakyat Indonesia bahwa mereka harus menghormati kelompok minoritas?
Bahwa secara memalukan ia menghindar dari tanggung jawab atas makin
meningkatnya kekerasan terhadap kelompok Ahmadiyah dan Syiah?
Sekali lagi, siapakah orang-orang yang Anda mintai pendapat
sebelum Anda memutuskan memberikan penghargaan itu? Apa yang
sesungguhnya menjadi motivasi Anda memberikan penghargaan untuk
toleransi agama pada Presiden yang sangat jelas tidak punya keberanian
melaksanakan kewajibannya melindungi kelompok minoritas ini?
Saya perlu menambahkan bahwa saya bukanlah seorang radikal, bukan
seorang “ekstrimis hak asasi manusia” (jika istilah itu ada). Saya
hanya menyerukan tentang begitu banyaknya kemunafikan. Anda sedang
bermain di tangan kalangan – masih sedikit – radikal yang ingin
memurnikan Indonesia dari semua yang mereka anggap sesat dan kafir."
Franz Magnis-Suseno, SJ
(Versi asli surat Romo Magnis, yang ia tulis dalam bahasa Inggris, bisa dibaca di sini.)
0 comments:
Post a Comment
Silahkan dicomment ya, dan kalo ada yang mau ditanya silahkan tulis di bawah ini ^_^v