Tulisan Ku
Komplek Istana yang Panas
Istana sebagai “halaman 
depan” negeri ini kembali jadi sorotan publik, dalam negeri maupun luar 
negeri. Pasalnya bukan kebijakan yang dikeluarkan pihak istana, 
melainkan aksi si jago merah di kompleks istana. Kamis sore (21/3/2013) 
lantai tiga gedung utama Sekretariat Negara dilalap api. Dalam waktu 
yang tidak terlalu lama lantai tiga kantor Mensesneg Sudi Silalahi itu 
hangus terbakar.
Peristiwa ini aneh, juga 
lucu. Bagaimana mungkin kantor salah satu petinggi republik ini, yang 
berada di kompleks istana presiden, dilalap jago merah dan itu 
berlangsung dalam waktu relatif singkat. Di mana perlengkapan untuk 
mengantisipasi kondisi darurat, seperti hidran atau Alat Pemadam Api 
Ringan (APAR)? Bukankah semua gedung perkantoran, apalagi kantor 
petinggi negara di kompleks istana, harus dilengkapi berbagai peralatan 
antisipasi bencana, semisal kebakaran? Di mana para petugas keamanan dan
 para petugas terkait lainnya?
Mengenai peristiwa ini, 
segera bisa kita simpulkan, sistem pengamanan dan penanganan fasilitas 
negara di kompleks istana negara, di kantor Sekretariat Negara 
khususnya, sangat buruk dan memprihatinkan. Kalau saja sistem pengamanan
 dan penanganan kantor salah satu pejabat kabinet ini sebagaimana 
mestinya dan profesional, tak perlulah si jago merah bertandang dan 
unjuk kebolehan di sana.
Akan tetapi, kita juga perlu
 membuka mata terhadap kemungkinan adanya faktor kesengajaan dalam 
peristiwa ini. Bukan mustahil, kebakaran di gedung Sekretariat Negara 
itu merupakan aksi terencana oleh pihak-pihak tertentu, misalnya untuk 
melakukan sabotase atau menghilangkan dokumen negara. Adalah mungkin 
peristiwa itu ada kaitannya dengan penanganan berbagai kasus hukum yang 
mencuat ke publik selama ini, atau dengan agenda politik pemilu 2014. 
Penyelidikan oleh aparat terkait dan waktu yang berjalan mudah-mudahan 
bisa membuat terang sebab sesungguhnya dari peristiwa ini.
Saya pun teringat bencana 
banjir yang melanda Jakarta pertengahan Januari lalu. Saat itu sejumlah 
kawasan di ibukota terendam banjir selama kurang lebih sepekan. Berbeda 
dari tahun-tahun sebelumnya, banjir di awal tahun ini berhasil menerobos
 masuk kompleks Istana Negara. Di media massa elektronik dan cetak saat 
peristiwa itu terjadi bisa kita saksikan Presiden SBY berdiri dalam 
genangan air di kompleks istana.
Entah karena ikut jadi 
korban banjir atau tidak, yang pasti bahwa tidak lama setelah kejadian 
itu istana mengeluarkan kebijakan menggelontorkan dana Rp 2 triliun 
melalui dana APBN-P 2013 untuk menanggulangi banjir di DKI Jakarta. 
Tentang hal ini, kawan saya berseloroh bahwa penguasa di republik ini 
baru cergas menanggulangi persoalan yang menimpa rakyat banyak kalau 
persoalan yang sama sudah menyambangi teras depan istana.
Selain banjir, kebakaran 
adalah musibah yang akrab dengan kehidupan masyarakat ibukota, 
masyarakat menengah ke bawah khususnya. Jangan-jangan, saking sering 
terjadi, musibah ini telah dianggap sebagai keniscayaan bagi masyarakat 
yang hidup di ibukota. Padahal, kebakaran bukan bencana alam, bukan 
musibah yang mesti terjadi seperti halnya gempa bumi atau tsunami. 
Musibah kebakaran adalah musibah akibat ulah manusia, akibat tata kelola
 pemerintahan. Seperti halnya banjir di Jakarta, musibah kebakaran 
adalah masalah politik. Jadi, perlu kemauan politik dan kecergasan 
bertindak dari penentu kebijakan, dari penguasa untuk mencegah terus 
berulangnya musibah ini.
Nah, kebakaran di kompleks istana Kamis sore (21/3/2013) mudah-mudahan menjadi sebuah blessing in disguise. Setelah
 disambangi si jago merah yang selama ini berulang kali membumihangus 
harta rakyat jelata mudah-mudahan pihak istana dibikin cergas untuk 
menanggulangi problem “setan merah” kota ini, antara lain dengan 
menggelontorkan dana untuk mencegah terus berulangnya kebakaran di 
ibukota, termasuk di kota-kota lain.
 

 
 
 
 

0 comments:
Post a Comment
Silahkan dicomment ya, dan kalo ada yang mau ditanya silahkan tulis di bawah ini ^_^v