Kenapa Male Magazine Berubah Menjadi Male Indonesia?

Perubahan Male Magazine

Pasti hampir semua tau apa itu MALE Magazine. Dahulu produk yang dikembangkan oleh Transmedia Corporation ini cukup dikenal banyak dikalangan komunitas foto dan dunia internet (disebut juga warganet). MALE merupakan singkatan dari Mata Lelaki yang memang menjadikan mata pria menjadi sasaran pembaca mereka.

Dengan menampilkan beberapa foto wanita dewasa yang seksi, tentunya pria akan terbelalak dan menuju ke satu arah. MALE magazine sendiri tidak hanya hadir dalam sebuah majalah, namun juga dibantu oleh tim Trans 7 di dalam program acara televisi.

Gue di kantor MALE Indonesia

Detik.com juga membantu semua proses digitalisasi yang dilakukan untuk MALE Magazine dengan cara membuat e-book untuk di download di male.detik.com.

Dengan metode tersebut, respons dari warganet memang sangat besar, terbukti dengan ratusan ribu download  e-book magazine dari MALE itu sendiri.

Male Indonesia headquarter

Namun sayangnya, disaat sedang banyaknya download dari warganet dan respons positif dari berbagai kalangan fotografi, MALE magazine justru menutup bisnisnya. Ada apa gerangan?

TRANSFORMASI MALE MAGAZINE KE MALE INDONESIA


Lalu saat ini hadir MALE INDONESIA di penghujung tahun 2017. Banyak warganet yang bertanya-tanya apa benar ini merupakan satu hal yang sama?


Jawabannya tentu berbeda, namun masih similar kalau istilah britishnya.

Lalu apa yang membedakan MALE Magazine dan MALE Indonesia?


Jawabannya tentu sangat sederhana. Konten yang diberikan oleh MALE Indonesia lebih kaya dari MALE Magazine. Male Indonesia menyediakan konten yang tidak hanya berfokus pada satu pandangan, walaupun memang semua konten yang diberikan oleh MALE Indonesia masih tetap dalam satu sudut pandang, yaitu sudut pandang pria.



Bagaimana Cara Menghindari Konflik Dengan Rekan Kerja Di Kantor?


Konflik bisa terjadi di mana-mana, termasuk dengan teman kerja di kantor. Namun harus diakui, konflik antara rekan sekantor nampaknya lebih terasa karena akan mempengaruhi mood Anda dalam bekerja, bahkan berpengaruh buruk pada kinerja. Belum lagi suasana kantor menjadi tidak nyaman dan Anda tidak betah berlama-lama.

Banyak pekerja yang lebih suka menghindari konflik dengan rekan sekerja di kantor ketimbang berhadapan head to head.

Berikut ini enam cara menghindari konflik antara rekan sekantor :

1. Hadapi Baik-Baik
Jika rekan Anda membicarakan hal yang buruk tentang Anda pada orang lain di belakang, Anda tak perlu membalasnya dengan hal serupa.

Menjauhlah darinya sementara waktu untuk meredakan emosi. Setelah emosi stabil dan dirasa siap, pilihlah waktu yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut berdua dengan cara baik-baik. Jadi bukan adu mulut, apalagi jotos-jotosan.

Perlu diingat bahwa Anda dan rekan berada di kantor, bukan di atas ring tinju.

2. Jaga Perilaku
Bersikap dan berbicaralah yang baik dengan semua rekan kerja Anda, tanpa pilih-pilih. Jangan karena jabatan rekan kerja berada di level lebih rendah, Anda menjadi sewenang-wenang, karena perilaku seperti ini rawan menimbulkan konflik.

Usahakan berbicara tenang, sopan, dan rasional. Jika bercanda pun, jangan melewati batas sampai menjatuhkan harga diri rekan kerja karena Anda tak pernah tahu seberapa besar kadar sensitivitasnya.

Berpikir dulu sebelum mengeluarkan kata-kata yang berpotensi menyingung perasaan rekan kerja.

3. Hargai Pendapat Orang Lain
Kadang perbedaan pendapat antar rekan kerja bisa menyulut konflik di kantor. Nah, supaya hal itu tak melahirkan konflik, dengarkan dan hargailah semua pendapat orang.

Menghargai bukan bukan berarti Anda harus setuju dengannya. Itu hanya sebuah bentuk apresiasi terhadap ide atau komentar yang terlontar. Jika memang pendapat Anda berbeda dengan mereka, Anda tidak perlu terang-terangan menolaknya. 

Setelah itu baru kemudian sampaikan pendapat Anda dengan lugas, netral, dan jelas tanpa meremehkan pendapat rekan lain untuk menghindari terjadinya konflik.

4. Jangan Menuduh
Pernahkan Anda dihakimi atau dituduh orang atas hal yang tidak Anda lakukan? Rasanya pasti sangat terluka, kesal, dan bahkan benci kepada pelakunya.

Karena itu, jangan pernah menghakimi atau menuduh rekan kerja Anda tanpa ada bukti. Jika ada bukti sekalipun, sebaiknya Anda harus menyampaikan dengan cara yang baik, jangan sampai menyulut pertengkaran.

5. Saling Menolong
Perbuatan baik mudah-mudahan mendapatkan balasan yang baik pula. Kalau Anda ingin ditolong rekan kerja Anda, jangan sungkan untuk mengulurkan bantuan tanpa diminta.

Saling menolong akan menciptakan hubungan yang akrab dan baik antarrekan kerja. Perbuatan baik ini juga salah satu cara untuk menghindari konflik. Jadi, jangan berpikir dua kali jika ingin membantu rekan kerja.

6. Menghindari Sumber Konflik
Pada banyak kasus, biasanya ada satu karyawan yang selalu menjadi sumber konflik. Mereka suka sekali bermasalah, bahkan mengompori agar pihak lain bertengkar, baik dengan rekan kerja lain maupun dengan atasan. Ada saja masalah yang mereka lakukan sehingga banyak drama yang terjadi bila ada mereka, dan bila tak hati-hati Anda juga bisa ikut terseret.

Anda bisa cari aman dengan menghindari sumber konflik ini. Menghindari bukan berarti memusuhi. Cukup jaga jarak sehingga Anda tak terlalu dekat, tapi juga jaga agar hubungan Anda dengan dia dalam keadaan baik, agar Anda tak jadi sasaran selanjutnya.

Yang pasti, berkonflik dengan rekan sekerja hanya buang-buang waktu saja. Lebih baik waktu dan energi Anda gunakan untuk fokus pada karir dan masa depan.

Source : Qerja.com

Bagaimana Ciri-ciri Rekan Kerja Menyebalkan?



Di hampir semua kantor, pasti ada saja paling tidak satu orang yang menyebalkan. Ini sulit dihindari dan terpaksa harus diterima menjadi bagian dari pernak-pernik dunia kerja. Tetapi… bagaimana jika orang yang dianggap menyebalkan itu ternyata Anda sendiri? Parahnya, Anda tidak mengetahuinya sama sekali.

Berperilaku menyebalkan mungkin tidak akan membuat Anda dipecat, tetapi bisa menjadi penghambat laju karir. Kenali delapan perilaku itu dan hindari jauh-jauh.

Berikut ini merupakan ciri - ciri orang yang menyebalkan di kantor : 

1. Melangkahi otoritas
Tiap posisi mempunyai deskripsi kerja serta peran dan tanggung jawabnya tersendiri. Sehingga, otoritas bukan hanya milik para pimpinan. Misalnya, urusan informasi teknologi tentu merupakan ranah divisi IT. Divisi keuangan punya otoritas segala hal terkait finance, dan seterusnya.

Untuk alasan tertentu, seseorang kerap melangkahi otoritas itu. Mungkin maksudnya baik, yakni untuk memastikan pekerjaan selesai tepat waktu, menyelesaikan masalah secepatnya, dan lain-lain. Tetapi jelas, perilaku ini akan menyinggung pihak-pihak yang punya otoritas. Jika memang harus segera diselesaikan dan divisi terkait sedang sibuk, sementara Anda merasa punya kemampuan dalam hal itu, paling tidak komunikasikan terlebih dahulu dengan line manager Anda.

2. Tukang Mengeluh
Hal terakhir yang ingin didengar rekan kerja Anda adalah pengakuan terang-terangan secara terus menerus, betapa Anda membenci pekerjaan Anda. Hampir setiap hari mengeluh beban pekerjaan terlalu banyak lah, merasa kurang diapresiasi lah, gaji kecil lah, dan sebagainya. 

Kebiasaan ini tidak hanya akan membuat Anda dicap sebagai orang yang negatif, tetapi juga sangat ampuh dalam merusak mood serta menjatuhkan moral orang-orang di sekitar Anda.

3. Menyelesaikan tugas dengan kualitas “seadanya”
Menyelesaikan tugas tepat waktu sangat penting, apalagi kalau pekerjaan yang Anda lakukan berkaitan dengan pekerjaan orang lain. Tetapi bukan berarti Anda boleh memberikan hasil kerja seadanya, yang penting selesai. Kalau ini terjadi, kemungkinan justru membuat tugas rekan kerja menjadi lebih berat, karena hasil kerja itu harus banyak direvisi dan diperbaiki.

4. Sibuk sendiri dengan hal-hal di luar pekerjaan
Hentikan kebiasaan untuk chat dengan teman atau keluarga saat jam kantor. Atau secara konstan mengurusi media sosial Anda, serta yang lebih parah lagi, bermain game, serta sibuk lihat-lihat online shop. Mungkin Anda merasa hal ini tidak akan berpengaruh dengan kinerja, sebab Anda sangat ahli dalam melakukan multitasking job

Bisa jadi demikian, dan buktinya kualitas kerja tetap terjaga meski lumayan sering chatting atau meng-update Facebook dan Twitter. Tetapi kondisi ini bisa menyerang Anda balik. Dan rekan-rekan kerja lain akan melihat Anda sebagai tidak profesional dan tidak bisa diandalkan.

5. Terlalu sering meninggalkan meja
Sangat mudah untuk merasa terkungkung dan frustasi bekerja di belakang meja seharian. Hal ini akan mendorong Anda untuk berkeliaran keluar sebentar untuk merokok, ngopi, atau sekadar berjalan-jalan main ke divisi lain. 

Sebenarnya, ini baik karena Anda perlu break sesaat untuk menghindari stres, dan bisa fokus lagi menyelesaikan pekerjaan. Tetapi, jangan terlalu lama dan terlalu sering. Atur waktunya baik-baik. Pastikan rekan Anda tahu ke mana Anda pergi, dan katakan untuk tidak segan menghubunginya Anda kalau dibutuhkan segera.

6. “Dirty joke”
Humor selalu berhasil mencairkan suasana yang kaku, bahkan bisa membuat hubungan menjadi harmonis. Tapi hati-hati dengan kelakar berbau seks. Jenis humor ini bisa membuat rekan sekerja tak nyaman, meski mereka tak mengatakannya langsung kepada Anda. Percaya deh, terlalu sering melontarkan kelakar porno, akan membuat kolega tak mau berdekatan dengan Anda. Kalau bisa memilih, mereka tidak akan mau berada satu tim dengan Anda dalam proyek apa pun, tidak peduli betapa mumpuni kemampuan Anda.

7. Aktif dalam mencari kambing hitam
Dalam bisnis, melakukan kesalahan hampir tidak dapat dihindari. Jika hal ini terjadi dalam tim, cara paling elegan adalah berpikir untuk mencari solusi, dan melakukan mitigasi ketimbang menyalahkan orang lain.

8. Membentuk kubu dan merasa eksklusif
Dalam interaksi social clique tidak dapat dihindari. Tentu saja kita akan cenderung lebih dekat dengan kelompok tertentu. Itu lumrah, namun akan menjadi bumerang jika kita merasa superior dibanding yang lainnya. Apalagi jika terjadi konflik dan Anda ngotot berpihak pada kubu Anda.  

Source : Qerja.com
Img Source : ehloo.com

Tips-tips Mengatasi Rekan Kerja Yang Suka Mengatur


Apakah Anda pernah mendengar kalimat tersebut keluar dari mulut rekan kerja Anda di kantor? Atau malah kalimat-kalimat tersebut sudah menjadi makanan Anda di kantor setiap harinya? Kalau benar, wah sepertinya Anda tengah berhadapan dengan seseorang yang mempunyai kepribadian gemar mengatur, atau lebih dikenal dengan sebutan control freak.

Kira-kira bagaimana rasanya bekerja dengan seorang control freak? Pasti tidak akan menyenangkan, bukan? Karena biasanya bagi seorang control freak, semua yang Anda lakukan selalu salah. Pekerjaan yang benar menurut seorang control freak adalah segala sesuatu yang dilakukan sesuai dengan caranya sendiri.

Kesal, sudah pasti. Tapi jangan khawatir bekerja dengan seorang control freak juga tidak ada ruginya. Anda hanya perlu melakukan beberapa trik dalam menghadapinya. Berikut lima tips yang bisa Anda lakukan untuk menghadapi si tukang atur di kantor.

1. Fokus pada Sisi Positif Mereka
Saat berurusan dengan orang yang gemar sekali mengurusi segala sesuatu hingga unsur terkecil dari sebuah pekerjaan, hal itu bisa menjadi menyebalkan tetapi juga bisa menjadi sangat menguntungkan. Nah, ketimbang berfokus pada hal negatif, cobalah untuk melihat sisi positifnya.

Mungkin dia bukannya berniat untuk menganggu pekerjaan Anda, bisa jadi dia hanya terlalu bersemangat untuk mengerjakan pekerjaan tersebut dan ingin menyelesaikan pekerjaan tersebut sesempurna mungkin.

Mungkin juga dia adalah seseorang dengan kepribadian yang sangat berdedikasi kepada setiap pekerjaan yang dia lakukan, sehingga dia selalu memperhatikan semua langkah yang dilakukan dalam pekerjaan tersebut. Anda bisa mencoba untuk memahami kemungkinan-kemungkinan ini dan memakluminya.

Jika memang menurutnya yang Anda kerjakan salah, serahkan saja hal tersebut kepadanya. Toh jika menemui kesulitan, dia akan kembali dan meminta bantuan Anda. Saat momen itu terjadi, Anda bisa mempergunakannya untuk sedikit mengkritik tentang kepribadiannya. Seorang control freak bukan berarti tidak peduli apa kata orang lain kan.

2. Bertanyalah
Bagaimana Anda dan rekan kerja Anda lainnya biasanya merespon kepada si control freak di kantor? Apakah pernah ada yang bertanya langsung kepadanya? Atau mungkin semua orang mengabaikan keberadaanya saja, dan menganggap sosok control freak ini hanyalah angin lalu? Bagaimana jika Anda mengubah kebiasaan yang satu ini. Cobalah untuk bertanya kembali kepadanya jika dia sedang memerintahkan atau meperdebatkan cara bekerja Anda.

Misalnya, jika Anda tengah menyelesaikan satu pekerjaan lalu tiba-tiba dirinya muncul di belakang Anda dan berkata “Itu salah, nggak efektif caranya,”. Nah, dibanding Anda merasa sebal dengan pernyataan tersebut, mengapa Anda tidak mencoba untuk mengatakan, “Ini cara yang efektif bagi saya. Mungkin kamu bisa jelaskan dulu kepada saya mengapa cara kamu jauh lebih efektif? Mungkin saya akan mempertimbangkan menggunakan cara tersebut."

Dia mungkin akan terkejut mendengar jawaban tersebut, tapi tidak punya pilihan lain selain menjelaskan kepada Anda di mana sisi efektif cara yang ia miliki. Segala kemungkinan masih tetap ada, mungkin saja cara yang dia ajukan memang lebih efektif, tapi bisa juga tidak. Anda malah mendapat tambahan ilmu cara bekerja yang mungkin bisa Anda terapkan di lain waktu. It’s a win-win solution.

3. Suarakan Pendapat Anda
Seorang control freak akan semakin menjadi-jadi saat tidak ada seorang pun yang menentang atau menyanggah apa yang ia suarakan. Perlu diingat, Anda tetap memiliki hak untuk tidak setuju dengan hal yang diajukannya, terlebih jika si tukang atur ini berada dalam satu level dengan Anda di kantor.
Hal ini akan lebih mudah dilakukan: saat ia menyanggah semua cara yang Anda ajukan, maka cobalah untuk menjelaskan kepadanya mengapa Anda lebih memilih menggunakan cara tersebut ketimbang caranya, tetapi cukup jelaskan secara umum saja.

 Menjelaskan hal secara rinci kepada seorang control freak sama saja membuka kesempatan baginya untuk mengajukan lebih banyak lagi pertanyaan. Alih-alih menggunakan cara yang Anda ajukan, yang ada Anda malahan terpojok dengan berbagai pertanyaan darinya.

Jika si control freak adalah atasan Anda, hal memang akan menjadi lebih sulit. Tetapi Anda tetap memiliki hak untuk menjelaskan semuanya. Jelaskan semua dengan baik kepadanya. Rasanya akan sulit untuk atasan Anda menyangkal jika cara yang Anda ajukan tidak kalah efektif dengan caranya.

4. Hindari Berdebat
Percayalah, berurusan dengan seorang tukang atur bisa menjadi pengalaman yang paling menyebalkan. Yang paling membuat kesal adalah saat seorang control freak kerap menganggap bahwa perbincangan apapun yang dilakukannya dengan orang lain adalah hal yang sia-sia.

Jika sudah begini, saran terbaik adalah hindari berdebat dengannya, terlebih jika Anda tahu bahwa berdebatan tersebut tidak akan berujung ke mana-mana. Sebaiknya Anda pergi menjauh darinya. Tunggu suasana menjadi lebih dingin baru anda bicarakan ulang semuanya.

5. Mintalah Bantuan Orang Lain
Saat Anda memang sudah berada ditahap mustahil bisa berbicara dengan rekan kerja yang suka mengatur ini, maka ini adalah waktunya Anda meminta bantuan orang lain untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Anda bisa melaporkannya kepada bos atau supervisor Anda mengenai kelakuan rekan kerja Anda yang control freak tersebut. Mintalah untuk dibuatkan satu pertemuan di mana bukan hanya Anda dan dirinya yang hadir di sana tetapi juga ada pihak ketiga yang akan menengahi perbincangan Anda berdua. Paling tidak, Anda tidak perlu menghabiskan tenaga Anda untuk berdebat kusir dengannya. Kehadiran orang ketiga juga bisa memberikan saran kepada permasalahan yang Anda hadapi tersebut.

Source : Qerja.com 

Pertimbangan Agar Jangan Terjebak Cinta Lokasi Di Kantor



Cinta bisa datang kapan saja dan di mana saja. Tidak tertutup kemungkinan Anda jatuh cinta kepada teman satu kantor.

Menjalin hubungan dengan teman satu kantor adalah hubungan yang berisiko. Mengapa demikian? Karena ada beberapa hal yang patut dipertimbangkan jika Anda memutuskan pacaran dengan teman satu kantor. Sebelum memutuskan pacaran dengan teman satu kantor pertimbangkan beberapa hal ini:

1. Aturan kantor
Beberapa perusahaan memiliki aturan yang ketat mengenai pacaran dengan teman satu kantor. Pacaran mungkin masih dibolehkan. Ada perusahaan yang melarang suami istri bekerja dalam satu perusahaan. Sehingga salah satu harus mengundurkan diri jika ingin melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan. Sebaiknya ketahui aturan-aturan ini jika ingin menjalin hubungan pacaran dengan teman satu kantor.

2. Hubungan rahasia
Beberapa orang merasa sungkan membeberkan hubungan ke publik atau hubungannya diketahui publik karena khawatir jadi sasaran empuk para penggosip. Terutama jika Anda pacaran dengan atasan atau anak buah. Atau Anda atau pacar sesungguhnya sudah punya pasangan masing-masing. Menjalin hubungan gelap dengan teman satu kantor sama saja menyimpan bom waktu. Jika terbongkar, reputasi Anda taruhannya.

3. Jangan bermesraan di kantor
Satu kantor dengan pacar, memungkinkan Anda bertemu dengan kekasih setiap hari. Tapi, kantor adalah tempat bekerja. Oleh karena itu sikap profesional di depan atasan, anak buah, atau teman-teman yang lain tetap harus dijaga. Selain bisa jadi bahan gunjingan, bermesraan di depan umum membuat orang lain tidak nyaman.

4. Sasaran gosip 
Pacaran dengan teman satu kantor, apakah itu atasan, anak buah, atau teman sejawat bisa menimbulkan gosip tak sedap di antara rekan-rekan yang lain. Masalah karier, bertengkar dengan pasangan, selingkuh merupakan sasaran empuk para biang gosip di kantor. Sebaiknya siapkan mental Anda jika ingin tetap melanjutkan hubungan pacaran dengan teman satu kantor.

5. Bersikap profesional
Pertengkaran dengan kekasih merupakan hal yang tak terhindarkan dalam menjalin sebuah hubungan. Jika Anda sedang bertengkar dengan pasangan di kantor usahakan tetap bersikap profesional. Jangan sampai masalah pribadi dibawa-bawa ke urusan pekerjaan. Selesaikan masalah di luar jam kantor karena perusahaan tidak menolerir pertengkaran sepasang kekasih di kantor.  

6. Siap mental kalau putus
Hal yang tidak mengenakkan jika pacaran dengan teman satu kantor adalah ketika hubungan berakhir. Meski sudah bukan pasangan, Anda tetap akan sering bertemu dengan mantan. Bagaimana jika mantan pasangan Anda punya pacar baru? Atau perpisahan terjadi tidak baik-baik, masih ada dendam di antara kalian. Ini akan membuat Anda tak nyaman.

Setelah mempertimbangkan beberapa hal di atas sebaiknya pikir ulang jika ingin menjalin hubungan dengan teman satu kantor. Karena jatuh cinta dengan teman satu kantor tak hanya menyangkut kehidupan pribadi, tapi juga mempertaruhkan karier Anda berdua.

Source : Qerja.com
Img Source : Skaana.com

Mengatasi Waktu Kuliah Sambil Bekerja


Demi mengejar cita-cita tak sedikit orang yang melakoni kuliah sambil bekerja. Menjalani dua aktivitas sekaligus seperti itu diperlukan strategi dan manajemen waktu agar kedua aktivitas bisa berjalan lancar. Di samping itu, butuh kerja keras dan disiplin tinggi dibandingkan orang-orang lain yang kuliah atau bekerja saja.

Bagaimana tidak, di antara rutinitas kerja sehari-hari, Anda harus berkutat dengan buku-buku dan tugas-tugas kuliah belum lagi jika tiba waktunya menghadapi ujian tengah semester (UTS) atau ujian akhir semester (UAS).

Ada beberapa hal yang harus Anda perhatikan jika ingin sukses kuliah sambil bekerja. Pelajari caranya agar kedua kegiatan berjalan beriringan. 

Sesuaikan kebutuhan dengan jadwal 
Hal pertama yang harus Anda lakukan adalah menentukan mengatur waktu antara kuliah dan bekerja. Sebab, jam kerja karyawan dan waktu kuliah berbeda. Saat ini ada pilihan kelas karyawan, Anda bisa memilih waktu kuliah sore atau Sabtu-Minggu. Jadi, Anda bisa pergi ke kampus setelah jam kerja usai atau saat liburan akhir pekan.

Tapi, bagaimana dengan jam kerja reguler seperti di perguruan tinggi negeri? Kalau begini kondisinya maka jam kerja Anda yang harus menyesuaikan dengan jadwal kuliah agar keduanya bisa berjalan beriringan.

Beritahu atasan dan pihak manajemen
Jika memutuskan kuliah sambil bekerja Anda harus berterus terang kepada atasan. Sebab, Anda akan mempunyai alasan yang baik ketika ada UTS atau UAS. Anda tidak perlu bolos kerja sehingga pekerjaan terbengkalai, yang bisa berakibat dimarahi bos.

Sampaikan kondisi Anda, yang sedang kuliah sambil bekerja. Bahkan, kalau perlu berikan jadwal kuliah kepada atasan agar pekerjaan bisa menyesuaikan dengan jadwal kuliah. Jika bos Anda pengertian, Anda bisa mendapatkan dispensasi. Tapi, tetap tunjukan kinerja yang baik.

Jauhi sifat malas dan keinginan menunda pekerjaan
Tantangan dari bekerja sambil kuliah adalah melawan rasa malas. Di antara rutinitas kerja Anda masih harus dibebani tugas-tugas kuliah dan persiapan menghadapi ujian. Anda memang harus punya energi ekstra dibandingkan orang lain yang kuliah atau bekerja saja. Jika rasa malas menyergap, ingatkan kembali pada tujuan dan cita-cita Anda. Sejak awal memutuskan kuliah sambil bekerja siapkan mental Anda.

Kerjakan tugas-tugas kuliah lebih awal. Jangan menunda-nunda pekerjaan. Bila terbiasa menyelesaikan tugas-tugas kuliah lebih awal Anda akan punya waktu cukup untuk mengatur waktu antara kuliah dengan bekerja.

Perhatikan kondisi tubuh
Jangan biasakan begadang. Begadang boleh saja asal ada perlunya. Ingat Anda punya aktivitas rutin di kantor pada pagi hari jadi perlu istirahat yang cukup. Tubuh dan otak butuh sejenak diistirahatkan setelah seharian beraktivitas dan menenangkan pikiran. Tidur cukup akan mengembalikan tubuh dan otak Anda kembali bugar dan segar.

Jaga performa dan nilai
Meskipun kuliah sambil bekerja pastikan keduanya berjalan baik. Jaga nilai-nilai kuliah Anda agar bagus. Ikutilah semua kuis dan kumpulkan tugas-tugas yang diberikan. Usahakan tidak terlambat atau selalu hadir untuk mengikuti ujian. Hal ini penting sebab jika nilai-nilai mata kuliah Anda 'jeblok' maka masa studi akan 'molor'. Hal ini akan berdampak pada pekerjaan.

Sebaliknya, meskipun bekerja sambil kuliah tidak ada alasan bersantai-santai. Jangan sia-siakan kepercayaan pihak kantor yang telah memberikan dispensasi kepada Anda. Jika performa di kantor buruk, Anda bisa kehilangan pekerjaan. Maka dari itu selesaikan pekerjaan tepat pada waktunya dan hindari lembur.

Source : Qerja.com

Kelebihan Bekerja Di Badan Usaha Milik Negara (BUMN)


Bekerja di perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjadi dambaan para sarjana lulusan perguruan tinggi. Gak percaya? Coba saja tengok bursa lowongan kerja yang diikuti perusahaan-perusahaan plat merah itu, baik di kampus atau di Jakarta Convention Center Senayan. Peminatnya selalu bejibun.

Sebenarnya apa yang diharapkan para pencari kerja dari sebuah perusahaan BUMN? Mengapa mereka berduyun-duyun menyerbu bursa lowongan kerja yang diikuti perusahaan BUMN?
Nah, berikut ini adalah kelebihan - kelebihan yang hanya kamu dapatkan jika bekerja di perusahaan BUMN, Apa saja? Yuk kita kupas satu per satu.

Jenjang Karier
Kepastian jenjang karier menjadi alasan utama para pencari kerja melamar ke perusahaan BUMN, selain alasan gaji. Posisi atau jabatan dalam pekerjaan berbanding lurus dengan gaji. Semakin tinggi jabatan maka gaji juga akan ikut meningkat. Tak bisa dipungkiri, karier mulus dan gaji tinggi menjadi dambaan para pencari kerja. Dan, dua hal ini bisa didapatkan jika bekerja di perusahaan BUMN.
  
Tunjangan dan Asuransi 
Bagi Anda yang sudah berkeluarga, tunjangan, bonus dan asuransi akan sangat dibutuhkan karena Anda ingin merasa secure. Tunjangan, bonus dan asuransi akan membuat Anda bekerja dengan nyaman. Biasanya perusahaan tak hanya memberikan jaminan kesehatan untuk karyawannya saja, tapi juga keluarga si karyawan. Tidak ada seorangpun yang menginginkan keluarganya sakit, tapi jika itu menimpa keluarga Anda maka jaminan asuransi dari perusahaan akan sangat menolong saat ditimpa musibah.

Di samping asuransi, bonus Tunjangan Hari Raya (THR) atau gaji ke-14 dan gaji ke-13 sangat dinantikan karyawan. Gaji ke-13 dan 14 ini menjadi kelebihan bekerja di perusahaan BUMN. Belum lagi, perjalanan dinas yang dibiayai perusahaan jika Anda harus melakukan tugas ke luar kota atau ke luar negeri.

Jaminan Hari Tua
Satu hal keistimewaan bekerja di perusahaan BUMN Anda tak perlu was-was perusahaan akan mengalami bangkrut. Sebab, modal perusahaan BUMN disetor oleh negara. Artinya, selama negara ini berdiri maka BUMN tersebut akan tetap ada. Berbeda dengan bekerja di sektor swasta yang tidak ada jaminan kepastian. Jika perusahaan merugi terus menerus bisa dipastikan perusahaan akan tutup dan karyawan bernasib jadi pengangguran.

Selain itu, karyawan perusahaan BUMN akan mendapatkan pesangon dan tunjangan pensiun setelah memasuki masa pensiun. Bedanya, pesangon dibayarkan hanya satu kali dan jumlahnya lebih besar daripada tunjangan pensiun. Sedangkan, tunjangan pensiun jumlahnya lebih kecil jika dibandingkan dengan pesangon tapi dibayarkan setiap bulan selama masih hidup.

Beberapa perusahaan BUMN malah memberikan tunjangan perumahan bagi karyawan yang ingin memiliki rumah. Karyawan mengajukan permohonan untuk mengambil Kredit Pemilikan Rumah (KPR) kepada perusahaan dan nanti perusahaan yang akan membayar. Anda tinggal mencicil dengan sistem potong gaji. Keuntungan lain, biasanya perusahaan menerapkan bunga rendah untuk KPR dibandingkan jika Anda harus mengambil KPR dari bank-bank umum. 
 
Fasilitas 
Untuk posisi tertentu setingkat anggota Direksi, Dewan Komisaris, dan Dewan Pengawas BUMN mendapat perlindungan hukum dari perusahaan. Hal ini merujuk pada Surat Edaran Nomor : SE-19/MBU/2008, poin pertama menyebutkan,”BUMN wajib memberikan fasilitas bantuan hukum kepada Anggota Direksi, Dewan Komisaris dan Dewan Pengawas dalam hal terjadi tindakan/perbuatan untuk dan atas nama jabatannya tersebut yang berkaitan dengan maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perusahaan.”

Fasilitas bantuan hukum ini diberikan dengan syarat sepanjang yang bersangkutan tidak dinyatakan bersalahsaat berperkara di pengadilan maka biaya penggunaan bantuan hukum dari lembaga yang telah ditunjuk, akan ditanggung oleh perusahaan.

Melanjutkan Studi 
Kesempatan melanjutkan studi terbuka lebar jika bekerja di perusahaan BUMN. Hal ini menjadi daya tarik para pencari kerja yang berencana melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bahkan, beberapa perusahaan BUMN menyediakan beasiswa bagi karyawan yang ingin melanjutkan studi ke jenjang program S2 atau S3.

Source : Qerja.com

Pemotongan Pajak Tunjangan Hari Raya / THR


Apapun pekerjaan Anda, kabar THR turun selalu disambut dengan senyum sumringah. Jenis tunjangan ini dipastikan selalu akan ada dari tahun ke tahun dengan nominal yang tetap. Tapi ternyata ada yang membuat kening berkerut: THR kok masih terkena pemotongan pajak? Padahal hanya didapat sekali setiap tahun.

Menurut Pasal 5 Ayat (1) Huruf a Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012, salah satu penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 ternyata termasuk penghasilan tidak teratur bagi pegawai tetap. Penghasilan tidak teratur ini salah satunya mencakup tunjangan hari raya. Sama halnya dengan gaji yang terkena pemotongan PPh 21, tarif pajak untuk THR sama dengan tarif pajak untuk gaji.

Untuk penghitungan pajak THR, Agus Winarno punya penjelasan lebih mendetail di blognya.

Seberapa besar THR yang harus dibayarkan perusahaan?
Sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 6/2016, jika diberikan dalam bentuk uang, pegawai yang telah bekerja selama 12 bulan secara terus-menerus berhak memperoleh THR sebesar satu bulan gaji pokok.

Permenaker yang mulai berlaku pada Maret 2016 ini pun mengatur bahwa karyawan yang telah bekerja selama satu bulan juga berhak memperoleh THR. Nominalnya disesuaikan dengan masa kerja dengan rumus (masa kerja x satu bulan upah) : 12.

Sebagai contoh, katakanlah gaji Anda per bulan adalah Rp.3.000.000, maka besar THR yang Anda terima jika sudah bekerja selama 12 bulan sebesar satu bulan upah, yakni Rp.3.000.000.
Jika masa kerja Anda di bawah 12 bulan, misalnya 5 bulan, maka perhitungan THR Anda adalah sebagai berikut:

(5 x Rp.3.000.000) ÷ 12 = Rp.1.250.000
Jumlah tersebut, masih dikurangi dengan pajak sesuai dengan aturan di PPh 21.

Source : Qerja.com

Berlibur Tapi Produktif

Liburan Produktif

Menjelang Hari Raya Idul Fitri kantor-kantor tutup dan pegawainya melakukan cuti bersama. Kemana Anda akan menghabiskan waktu libur panjang? Jika Anda tidak pulang kampung atau berlibur keluar kota, berikut ini ada beberapa pilihan untuk mengisi waktu libur dengan kegiatan yang produktif.

1. Membaca buku
Inilah waktu yang tepat untuk menikmati buku-buku yang sudah Anda beli, tapi tidak sempat dibaca karena kesibukan. Sebagian orang membeli buku, tapi tak punya waktu untuk membaca. Akhirnya, buku-buku yang sudah dibeli hanya teronggok atau masih terbungkus rapi tanpa sempat dibaca.

2. Membuat goal setting 
Waktu berjalan sangat cepat. Buatlah goal setting untuk tahun depan. Goal setting meliputi dua hal, yakni evaluasi kegiatan selama satu tahun terakhir dan menentukan target yang akan dicapai tahun depan. Dengan menetapkan goal setting Anda akan memiliki arah tujuan yang lebih jelas ke depannya. 

3. Merapihkan koleksi buku-buku
Apakah Anda sering membeli buku? Manfaatkanlah waktu liburan panjang untuk menata dan merapihkan koleksi buku-buku Anda di lemari atau rak. Buatlah katalog untuk menyusun koleksi buku-buku berdasarkan genre-nya, misal fiksi dan non-fiksi, sains, etc.

4. Beres-beres rumah
Rutinitas pekerjaan terkadang menggelamkan kita dalam kesibukan hingga tak punya waktu untuk merapihkan tempat tinggal. Saat liburan panjang gunakan waktu untuk menata barang-barang dan mengatur ruangan agar tidak bosan, seperti mengubah letak sofa atau meja dan mengecat dinding untuk ganti suasana agar tidak bosan.

5. Belajar keahlian baru untuk menunjang pekerjaan
Jika Anda seorang akuntan atau bekerja di bidang keuangan atau pajak bisa mengikuti kursus Brevet A, B, dan C. Kursus perpajakan dapat menambah ilmu di bidang perpajakan dan menambah keahlian bagi yang ingin menjadi konsultan pajak. Sedangkan bagi para fresh graduate yang akan melamar pekerjaan kursus Brevet dapat menambah portofolio.

6. Ikut kursus yang berhubungan dengan hobi
Anda punya rencana mengambil cuti tahunan dengan pergi liburan ke luar negeri? Sebelumnya, di waktu libur panjang ini ambillah kursus bahasa asing sesuai negara yang akan menjadi tempat tujuan liburan Anda. Belajar keahlian tertentu yang didasari oleh hobi akan lebih menyenangkan.

7. Berolahraga
Saat bekerja sebagian besar waktu Anda habiskan dengan duduk di depan meja komputer. Anda harus mengimbangi dengan olahraga untuk menjaga kesehatan. Di kala liburan panjang ini lakukan olahraga seperti jogging, mendaki gunung atau bersepeda.

8. Menonton film atau pertunjukan
Menonton film atau pertunjukan bisa mengendorkan syaraf-syaraf yang tegang setelah bekerja. Anda menonton film di rumah sambil bersantai di malam hari. Atau bisa juga menonton film di bioskop 3D. Jangan lupa beli Popcorn ya. 

9. Menghubungi teman di luar kota
Kesibukan kerja seringkali membuat kita lupa dengan teman-teman. Menjaga silaturahim sangat penting. Teleponlah teman Anda yang ada di luar kota untuk sekedar menyapa dan bertukar cerita tentang kegiatan masing-masing. Anda bisa melakukannya dengan menelpon atau video call.

10. Tidur siang 
Kala waktu bekerja biasanya ada karyawan yang suka mencuri-curi waktu untuk tidur siang. Di liburan panjang ini, Anda bisa tidur siang sepuas-puasnya. Biar tambah keren, tidurnya menggunakan hammock. Into dari tidur siang adalah meninggalkan rutinitas kantor dan bersantai.

Apapun yang Anda lakukan, inti dari liburan adalah melakukan kegiatan yang menyenangkan di luar rutinitas pekerjaan kantor. Jadi, liburan tak selalu bepergian keluar kota. Anda tetap bisa berlibur tanpa meninggalkan kota koq. Akuilah, pergi berlibur keluar kota itu melelahkan dan buang-buang uang.

Source : Qerja.com

Batalkan Niat Resign Mu Jika Mengalami Hal Ini


Suatu hari di tempat kerja, karena satu hal dan lainnya, terbersit niat untuk keluar di benak Anda. Semakin dipikirkan, semakin kuat pula niat ini. Namun sebelum menuju kantor atasan untuk mengundurkan diri, beri artikel ini waktu beberapa menit untuk meyakinkan Anda agar tidak membuat keputusan terlalu cepat atau yang hanya berdasar emosi sesaat.

Tentu saja ada alasan-alasan khusus seperti pelecehan atau kekerasan yang sama sekali tidak boleh ditoleransi. Namun jika alasan Anda ada di dalam daftar ini, coba pertimbangkan lagi keputusan Anda, ya?

1. Terlalu banyak pekerjaan
Ketika Anda terus ditimbun tugas sampai berefek negatif pada waktu dan kesehatan Anda, memang ingin rasanya keluar saja saat itu juga. Walau begitu, ketahuilah kalau di pekerjaan baru Anda, kemungkinan besar Anda akan mengalami hal yang sama.

Anda tidak perlu merana dalam diam sampai mempertimbangkan untuk resign. Kuncinya di sini adalah komunikasi. Anda boleh saja menolak tugas yang tiada henti dilimpahkan pada Anda asal Anda tahu cara mengkomunikasikan nya dengan baik. Jangan ragu juga untuk memanfaatkan hari cuti Anda untuk meringankan tekanan kerja sehari-hari.

2. Anda bosanMirip seperti poin di atas, apapun yang Anda lakukan, bahkan jika itu adalah pekerjaan impian Anda, lazim jika sesekali Anda merasa bosan. Kebosanan bahkan punya suatu keuntungan tersendiri untuk karier Anda. Tentu saja Anda seharusnya menikmati pekerjaan Anda, tapi coba dipikir-pikir dulu. Tentu tidak setiap hari Anda merasa frustrasi karena kebosanan, bukan? Mungkin saja kebetulan proyek saat ini tidak sesuai dengan minat Anda atau tidak cukup menantang.

Jika begitu, coba minta tanggung jawab lebih atau lirik peluang untuk promosi. Ada waktu luang? Tanyakan pada rekan kubikel sebelah atau departemen lain jika ada yang bisa Anda bantu. Anggap saja sebagai kesempatan belajar keahlian ekstra dan menemukan minat baru.

3. Drama kantor
Perkara hubungan dengan rekan kerja memang kadang agak pelik: tidak dekat salah, dekat juga bisa salah, apalagi kalau tersandung drama kantor. Serangan gosip dan konflik dengan kolega mungkin membuat Anda mulai gerah dan melirik pintu keluar.

Sudahkah Anda bicara dengan pihak HR atau atasan mengenai hal ini? Banyak perusahaan yang punya kebijakan yang secara spesifik mengatasi konflik antar kolega. Jika berbicara secara baik-baik tidak mempan dan drama kantor sudah mulai mempengaruhi kinerja kerja Anda, segera laporkan agar bisa ditangani pihak manajemen senior.

4. Tidak cocok dengan bos
Jujur saja, bos yang sempurna memang bagaikan hewan langka yang sulit ditemukan. Bos yang rese, pelit, galak, dan lainnya memang bisa menjadi poin negatif dari pengalaman kerja Anda, tapi sebetulnya asal beliau tetap profesional dan adil, Anda bisa berusaha fokus pada keseharian dan pekerjaan Anda.

Ingat saja kalau Anda tidak bisa mengontrol perlakuan orang lain pada Anda, tapi Anda bisa mengontrol respon Anda terhadap perlakuan tersebut. Ambil saja hikmahnya bekerja dengan bos yang menyebalkan. Lagipula, pasti ada alasan mengapa beliau berada di posisi atas saat ini, misalnya kemampuannya networking atau gaya kepemimpinan yang unik. Anggap ini sebagai kesempatan untuk belajar dari kelebihan-kelebihan beliau tersebut.

5. Ada tawaran dengan gaji lebih besar
 Gaji besar adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan karier seseorang, tapi jangan jadikan tawaran luar biasa sebagai satu-satunya panduan Anda. Ada banyak aspek lain yang sama atau bahkan lebih penting, seperti kecocokan budaya, kesempatan belajar, dan lainnya. Jika Anda sepenuhnya nyaman di pekerjaan saat ini tanpa keluhan berarti, coba lakukan dulu riset mendalam mengenai perusahaan baru itu.

6. Ditekan teman atau keluarga
 Jika Anda sendiri tidak bermasalah dengan pekerjaan saat ini, mengapa harus keluar? Jangan pernah lupa kalau Anda satu-satunya yang menjalani hidup ini. Katakanlah Anda keluar karena bisik-bisik teman atau keluarga yang merasa pekerjaan baru lebih sesuai untuk Anda. Bagaimana jika nanti Anda merasa tertekan di tempat kerja baru? Produktivitas Anda bisa menurun dan Anda pun malas menghadapi hari.

Ketidakbahagiaan Anda di tempat kerja yang tidak Anda sukai juga dapat mengacaukan keseimbangan antara work dan personal life bila tekanan yang Anda rasakan terbawa sampai ke rumah. Ambil keputusan untuk keluar hanya jika Anda sendiri sudah 100% yakin dan bukan hanya karena tekanan dari orang sekitar.

Source : Qerja.com

Visitor